My Last Forty-Day Love

Rabu, 27 April 2011
Aku suka dia sejak SMP tapi dia sama sekali tidak menyadarinya. Yang membuatku masuk SMA ini hanya untuk bisa selalu melihatnya. Tapi tinggal 6 bulan lagi kelulusan SMA, ngobrol bersamanya pun tidak pernah atau mungkin dia tidak mengenalku. Aku tahu semua kesukaannya, hal yang dia benci sampai semua kebiasaan buruknya seperti tidur ngiler, suka baca komik porno, suka mengintip cewek ganti pakaian bahkan aku tahu siapa cewek yang dia suka. Tapi aku tetap menganggapnya pangeran dalam hidupku. Yuri dan Yuki hanya beda R dan K, apakah berarti kami jodoh?! Aku harap begitu.

Sampai tiba suatu hari sehabis pulang sekolah, aku melihatnya menyeberang jalan padahal tak sampai lima meter ada truk tengah melaju kencang. Aku berlari secepat mungkin berharap aku bisa menariknya menjauh dari jalan raya. Tapi apa yang terjadi?! Inilah awal kisah dimulai.

Aku memperhatikan wajah yuki yang imut, melihatnya pada saat tidur membuatku begitu senang. Saat kelopak matanya terangkat, aku tersenyum melihatnya.

“yuri” katanya menjauh tiga langkah karena kaget

Aku duduk ditempat tidurnya sambil tersenyum melihat ekspresi takutnya.

“ngapain kamu disini? Bukannya kamu sudah..” kata yuki

“mati” potongku

Yuki menelan air liurnya, dia melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dia mencolek bahuku yang masih dilapisi seragam SMA. Yuki begitu ketakutan melihatku, wajahnya yang kusukai bercucuran keringat.

“kenapa kau tegang begitu?! Walaupun aku hantu tapi tetap maniskan?!” kataku tersenyum

“ngapain kamu disini?! Harusnya kamukan disurga” kata yuki masih dengan ekspersi takut

“aku cuma disini 40 hari, kamu tahukan kata orang kalo belum 40 hari arwahnya belum bisa pergi kesurga dan aku disini ingin minta pertanggungjawabanmu karna kamulah aku mati” kataku tajam mendekat kewajahnya

Yuki membelalakkan matanya, kali ini tatapannya sedih dan merasa bersalah.

“becanda! Ternyata aku baru tahu kamu orang yang ekspresif banget ya. Lucu!” kataku memberantakkan rambutnya.

Aku tidak tahu?! Seluruh tubuh dan sifatku seakan berubah menjadi lebih berani. Aku lebih berani menatapnya, tersenyum kepadanya, bercanda kepadanya. Tapi hanya satu yang tidak berubah perasaanku kepadanya.

***

38 hari berjalan begitu cepat, tidak terasa waktuku bersama yuki hanya tersisa dua hari lagi. 38 hari yang menyenangkan, 38 hari yang tidak mungkin terlupakan. Menakut-nakuti anak disekolah, membantu yuki

belajar, tidur disampingnya, melihatnya makan, memperhatikannya pada saat jam pelajaran, sampai membantunya mendapatkan cewek yang dia suka. Tapi aku belum juga mengatakan perasaanku ini. Padahal aku diberi penangguhan waktu untuk mengatakan perasaanku.

Dua hari terakhir sebelum aku pergi.

“sudah merasa nyaman aku melihatmu seperti ini” kataku duduk dihadapan yuki menatap wajahnya pada saat jam pelajaran.

Dia menulis sesuatu dibukunya.

siapa yang bisa nolak diliatin hantu manis kayak kamu’

Aku tersenyum membaca tulisan yuki.

“nanti aku bilangin rika lho” kataku tersenyum usil sambil melayang menjauh dari kelasku dulu.

Pada saat istirahat, aku berdiri memperhatikan yuki yang sedang berduaan dengan pacarnya, Rika. Aku tersenyum kesal membiarkan orang yang kusukai bercanda tawa dihadapanku. Aku melayang menjauh. Saat tengah malam aku kembali, terlihat ada setangkai mawar dan notenya ditujukan untukku.

maaf tadi aku nyuekin kamu, aku janji gak akan gitu lagi’

Aku memeluk bunga mawar itu erat, kulangkahkan kakiku menuju yuki terbaring. Kukecup keningnya, wajahnya terpejam tanpa tahu aku tengah menangis melihatnya. Aku baringkan mawar disamping tubuhnya. Kegelapan malam ini mengisyaratkan aku harus pergi.

***

Hari terakhir bersama yuki.

Aku bertekad akan menyampaikan perasaanku hari ini. Tapi tadi pagi aku kekamar yuki, tak terlihat dia berada disana. Sampai sorepun aku belum bertemu dengannya, seakan haripun tidak merestui aku mengungkapkan perasaanku. Akhirnya aku tulis note untuknya.

jam 7 aku tunggu kamu di loker wanita, tepatnya dilokerku’

Tepat pukul 7, yuki sampai dihadapanku. Aku berdiri tersenyum kepadanya. Dia balikkan wajahnya, tak mau ia melihatku. Aku berjalan mendekat. Aku pegang kedua tangannya, kuletakkan dikedua pipiku.

“kamu mau pamit?” tanya yuki sengau tetap tak melihatku

Aku menganguk pelan, terlihat wajah yuki memerah menahan tangis. Akhirnya dia melihat mataku juga, matanya berkaca-kaca walau tidak ada tetes-tetes air disitu.

“boleh aku pinta kamu jangan pergi?!” pinta yuki sambil mengelus pipiku lembut

Aku menggeleng pelan.

“enggak bisa, dunia kita beda. Kalau aku boleh milih aku juga gak mau pisah sama kamu, tapi sayangnya aku gak bisa milih” kataku menatapnya lembut

“oh iya waktu itu kamu tanya ke aku, ngapain aku disini?! Jawabannya ada disana, didalam lokerku ada surat buat kamu. Alasan aku ada disini ada didalam surat itu” kataku menunjuk loker bertuliskan Yuri.

Yuki berjalan kearah lokerku, membukanya dan membaca surat berwarna pink itu. Surat itu adalah surat cintaku yang yang tidak pernah kuberikan kepada yuki. Kali ini aku melihat air mata yuki mulai menetes, akupun tak bisa membendung isakkanku karna aku tahu sedikit demi sekidit tubuhku mulai menghilang dan kali ini aku benar-benar tidak akan bertemu dengan yuki lagi. Whuzz, angin berhembus kencang membuat rambut yuki bergerak kekanan. Yuki angkat kepalanya, matanya tak henti mencari sosok yuri. Tapi kini ia tahu yuri tidak akan pernah muncul lagi seperti dulu mengagetkannya. Yuki menangis dalam kesendirian, terisak dalam diam.

Isakkan itu begitu dalam, isakkan kehilangan abadi dari sepasang manusia yang tidak akan pernah bisa saling bersatu.

07 October 2010 - 15:27 WIB By : Miaw




2 komentar:

  1. Febri Naris mengatakan...:

    Ada sesuatu cerita yang mengingatkan aku tentang ini . . . .
    Jujur . . . . Saat aku baca cerpen ini hatiku ngerasakan sakit dan perih .. .
    thx for u . . . and goood luck

  1. April Moved mengatakan...:

    Ada apakah dengan kenangan masa lalu....???

Posting Komentar